obat antibiotik/corbis
Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: Anjar Fahmiarto
sumber: REPUBLIKA.CO.ID
REPUBLIKA.CO.ID, Banyaknya hal yang harus dipertimbangkan pada penggunaan antibiotika, mensyaratkan pengetahuan yang juga harus dimilik pasien. Meurut Anesthesiologist RS Pondok Indah, Yohanes George, pasien harus tahu penyakit apa yang menyerangnya. Apalagi sekarang banyak informasi di internet. Jadi jangan hanya menggantungkan pada dokter. Sama halnya saat pemberian obat. Pasien harus tahu obat apa yang diberikan dan efek sampingnya, katanya.
Hal ini, lanjut Yohanes, sudah dilakukan di dunia barat. Masyarakat barat menganggap medical knowledge adalah pengetahuan wajib yang harus dimiliki. Sehingga dokter dan pasien bisa mendiskusikan jenis penyakit dan obat yang diberikan. Kesadaran masyarakat menyebabkan antibiotik tidak bisa sembarangan diberikan.
Kondisi berbeda ditemukan di Indonesia, atau Asia pada umunnya. Yohanes mengatakan, Indonesia menganut prinsip pengobatan kuratif (mengobati). Sedangkan Barat menganut preventif (pencegahan). Akibatnya, ketika sakit semua obat diberikan untuk mengatasi penyakit tersebut. Istilahnya pasien seperti dibom obat. Baru setelah itu dilihat mana yang efektif, ujarnya.
Antibiotik bukan harga mati alternatif pengobatan. Tonny mengatakan, kalau tidak mau menggunakan antibiotik, jagalah kebersihan. Serangan bakteri bisa diminimalkan dengan langkah itu. Tinda kan preventif tersebut misalnya cuci tangan dan menutup makanan setelah dimasak, ujarnya.
Hand hygiene bisa mencegah transmisi kuman ke lokasi lain. Tonny membagi langkah cuci tangan berdasarkan kondisi yang ada. Apabila tangan terlihat kotor secara fisik, sebaiknya cuci tangan meng gunakan air mengalir. Bila tidak, menggunakan cairan berbasis alkohol. Sekarang sudah banyak dijual cairan antiseptik berbasis alkohol. Tentu kebersihan tangan bukan masalah lagi, ujarnya.
Hal ini, lanjut Yohanes, sudah dilakukan di dunia barat. Masyarakat barat menganggap medical knowledge adalah pengetahuan wajib yang harus dimiliki. Sehingga dokter dan pasien bisa mendiskusikan jenis penyakit dan obat yang diberikan. Kesadaran masyarakat menyebabkan antibiotik tidak bisa sembarangan diberikan.
Kondisi berbeda ditemukan di Indonesia, atau Asia pada umunnya. Yohanes mengatakan, Indonesia menganut prinsip pengobatan kuratif (mengobati). Sedangkan Barat menganut preventif (pencegahan). Akibatnya, ketika sakit semua obat diberikan untuk mengatasi penyakit tersebut. Istilahnya pasien seperti dibom obat. Baru setelah itu dilihat mana yang efektif, ujarnya.
Antibiotik bukan harga mati alternatif pengobatan. Tonny mengatakan, kalau tidak mau menggunakan antibiotik, jagalah kebersihan. Serangan bakteri bisa diminimalkan dengan langkah itu. Tinda kan preventif tersebut misalnya cuci tangan dan menutup makanan setelah dimasak, ujarnya.
Hand hygiene bisa mencegah transmisi kuman ke lokasi lain. Tonny membagi langkah cuci tangan berdasarkan kondisi yang ada. Apabila tangan terlihat kotor secara fisik, sebaiknya cuci tangan meng gunakan air mengalir. Bila tidak, menggunakan cairan berbasis alkohol. Sekarang sudah banyak dijual cairan antiseptik berbasis alkohol. Tentu kebersihan tangan bukan masalah lagi, ujarnya.
Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: Anjar Fahmiarto
sumber: REPUBLIKA.CO.ID
0 komentar:
Posting Komentar